Buku Sosial Politik - MENGURAI BENANG-BENANG KUSUT BUMN

Buku Sosial Politik - MENGURAI BENANG-BENANG KUSUT BUMN


Penulis         : Almizan Ulfa
Kategori       : Buku Referensi
Bidang Ilmu : Buku Sosial Politik

Buku Sosial Politik - MENGURAI BENANG-BENANG KUSUT BUMN | Di negara-negara dengan demokrasi yang baik menarik untuk memperhatikan dua arus suara yang dominan: suara penguasa dan suara peneliti. Peneliti selalu menyuarakan kesalahan dan penguasa selalu menyuarakan keberhasilan. Orang yang sama suaranya akan berbeda ketika masih menjadi peneliti/pengamat dengan ketika menjadi penguasa seperti menteri negara, misalnya. Kondisi seperti ini terlihat jelas dalam kasus Sri Muljani Indrawati ketika masih menjadi peneliti UI dan ketika Beliau diberikan amanah sebagai Menteri Keuangan. Hal yang relatif sama juga berlaku untuk M. Chotib Basri, Boediono, dan Tanri Abeng. Saya kira tidak ada yang salah disini dan itu fitrah dari masing-masing jabatan dan berlaku secara universal.

Sejalan dengan pemikiran diatas, buku ini, yang ditulis oleh Peneliti Utama Kementerian Keuangan RI, mencoba building public awareness atas berbagai policy mistakes berpola estafet pada sektor BUMN Indonesia yang terlanjur dilakukan oleh ruling parties sejauh ini. Lingkaran-lingkaran public awareness itu diharapkan dapat bertambah dan/atau membesar secepat mungkin. Terminalnya adalah tergugahnya secara efektif key stake holders BUMN untuk secara cepat dan akurat membenahi sektor BUMN ini.

Beberapa negara dapat membanggakan kinerja yang gemilang dari BUMN (SOEs) mereka yang mencakup daya saing yang tinggi, go global, dan memberikan kontribusi yang besar untuk penerimaan negera. Dua negara yang demikian dan sering menjadi rujukan Indonesia adalah Singapura dan Malaysia. Singapura itu memiliki BUMN bandara dan pelabuhan laut yang sangat efisien dan secara keseluruhan BUMN disini dikelola oleh holding Temasek (tidak ada kementerian BUMN). Sedangkan Malaysia memiliki holding Khazanah yang kinerja dan efisiensi nya mendapat banyak apresiasi global. Di banyak negara lain, BUMN nya sering hanya menciptakan distorsi ekonomi dan terjangkit wabah korupsi yang parah, membayar gaji dan remunerasi untuk direksi dan komisaris/pengawas yang sangat berlebihan, dan menderita kerugian kronis puluhan tahun walaupun sudah berulang kali menerima tambahan modal dari negara.

Simpul-simpul benang kusut yang serupa juga dapat kita lihat di BUMN Indonesia. Dalam periode 2008 – 2014, misalnya, terdapat 33 BUMN yang menderita rugi dalam tiga tahun pembukuan atau lebih. Dari 33 BUMN, terdapat 11 BUMN yang satu kali diselamatkan oleh pemerintah dengan suntikan dana segar PMN. Yang dua kali diselamatkan dengan dana PMN ada 7 BUMN, tiga kali 10 BUMN, 5 kali 2 BUMN, dan enam, sepuluh, serta lima belas kali masing-masing ada 1 BUMN. Selain itu, di tahun 2008 terdapat 18 BUMN dengan nilai keseluruhan ekuitas negatif nya sebesar Rp7,04 triliun dan di tahun 2014 itu terjadi di 19 BUMN dengan nilai keseluruhan Rp16.08 triliun.


Dalam horison yang lebih luas, buku sosial politik ini juga mengurai perilaku arus uang dari kas negara ke BUMN dan arus uang dari BUMN ke kas negara. Aliran uang negara ke BUMN tersebut dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) dan Belanja Modal (BM), capital expenditures (capex), untuk barang dan jasa yang dilakukan oleh beberapa kementerian dan lembaga negara untuk digunakan oleh BUMN. Sedangkan arus uang dari BUMN ke kas negara adalah dalam bentuk bagian laba BUMN untuk negara atau yang lebih dikenal dengan nama dividen. Perilaku arus bolak balik ini diuraikan secara kritis dan rinci dalam buku ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Sosial Politik - Berburu Rente di Pulau Batam

Buku Sosial Politik - Corporate Social Responsibility dalam Perspektif Governance

Buku Sosial Politik - Hukum Kelembagaan Negara